BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Krisis multi dimensi telah
mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia termasuk
Indonesia, krisis ekonomi, politik, sosial,
budaya, agama, ras, kepercayaan dan sebagainya tidak saja akan
menjadikan masyarakat dengan potensi gangguan fisik berupa gangguan gizi,
terserang berbagai penyakit infeksi dan sebagainya tetapi juga dengan potensi
penyakit psikis berupa stress berat, depresi, skizoprenia dan sejumlah problem
sosial dan spiritual lainnya.
Kecenderungan meningkatnya angka
gangguan mental atau psikis di kalangan masyarakat saat ini dan akan datang,
akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan khususnya
komunitas profesi psikologi dan keperawatan ( Rasmun,
S. 2001)
Hasil Survei Kesehatan Mental Rumah
Tangga (SKMRT) tahun 1995 menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa
pada penduduk rumah tangga dewasa di Indonesia, yaitu 185 kasus per 1.000
penduduk. Hasil SKMRT juga menyebutkan, gangguan mental emosional pada usia 15
tahun ke atas mencapai 140 kasus per 1.000 penduduk, sedangkan, pada rentang
usia 5-14 tahun ditemukan 104 kasus per 1.000 penduduk. ( Atika Walujani,2007)
Sebagian masyarakat masih menganggap
bahwa gangguan mental disebabkan karena adanya gangguan oleh apa yang disebut
”roh jahat” yang telah merasuki jiwa, sehingga seseorang yang mengalami
gangguan mental psikiatri harus diasingkan atau dikucilkan dan dipasung karena
dianggap sebagai aib bagi keluarga. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri, karena
fenomena yang terjadi memang merupakan gambaran nyata bagi sebagian besar
masyarakat, hal tersebut disebabkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia
taraf pendidikannya masih rendah.
Berbagai bentuk kesalahan sikap
masyarakat dalam merespon kehadiran penderita gangguan jiwa terjadi akibat
konstruksi pola berpikir yang salah akibat ketidaktahuan publik. Terdapat
logika yang salah di masyarakat, kondisi mispersepsi tersebut selanjutnya
berujung pada tindakan yang tidak membantu percepatan kesembuhan si penderita.
Masyarakat cenderung menganggap orang dengan kelainan mental sebagai sampah
social. ( Tarjum, 2007 )
Bertambahnya penyandang masalah
gangguan mental juga disebabkan belum maksimalnya perawat dan psikolog dalam
merencanakan intervensi penyakit dengan mengikutsertakan keluarga pada setiap
upaya penyembuhan. Kesenjangan ini
mengakibatkan angka kekambuhan yang cukup tinggi, seringkali klien yang sudah
dipulangkan kepada keluarganya beberapa hari, kemudian kambuh lagi dengan
masalah yang sama atau bahkan lebih berat. Tidak sedikit juga keluarga yang
menolak kehadiran klien kembali bersamanya. (Rasmun. 2004)
Data yang di himpun oleh peneliti mengenai
jumlah pasien yang datang memeriksakan diri di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara. Diperoleh data sebagai berikut : pada
tahun 2011 terdapat 5041 orang penderita gangguan jiwa yang terdiri dari 2732
(54.2 %) laki-laki dan 2301 (45.6 %) perempuan. Pada bulan desember 2011
terdapat 434 orang penderita gangguan jiwa yang datang memeriksakan diri di
Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara
atau 108 orang dalam setiap minggunya.
Fungsi keluarga ketika dihadapkan pada
persoalan-persoalan gejala-gejala kejiwaan atau sakit jiwa yang dihadapi oleh
salah satu anggota keluarganya, tidak hanya berbentuk affection,
security and acceptance, identity and satisfaction, affiliation and companionship, socialization
dan controls, tetapi
merupakan medan kontrol yang memberikan dan berkontribusi terhadap derajat
sehat atau sakitnya anggota keluarga yang lain terhadap persoalan fisik,
psikis, sosial atau spiritual yang dihadapi, terlebih ketika dia menghadapi
persoalan gangguan kejiwaan yang bersifat patologis.
Dari penjabaran di atas maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul “Peran Keluarga Terhadap Proses Penyembuhan Pasien Ganggguan Jiwa di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Dr. Suprapto Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara”.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu: “bagaimana peran keluarga terhadap proses
penyembuhan pasien ganggguan jiwa di Poli Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara
?”
C.
TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui peran
keluarga terhadap proses penyembuhan pasien ganggguan jiwa di Poli
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
mengetahui peran
keluarga terhadap proses penyembuhan pasien ganggguan jiwa di Poli
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan peran keluarga sebagai pendidik.
b. Untuk
mengetahui peran
keluarga terhadap proses penyembuhan pasien ganggguan jiwa di Poli
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan peran keluarga sebagai
pengambil keputusan.
c. Untuk
mengetahui peran
keluarga terhadap proses penyembuhan pasien ganggguan jiwa di Poli
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan peran keluarga sebagai
perawat.
d. Untuk
mengetahui peran keluarga
terhadap proses penyembuhan pasien ganggguan jiwa di Poli
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan peran keluarga sebagai
pengubah lingkungan.
e. Untuk
mengetahui peran
keluarga terhadap proses penyembuhan pasien ganggguan jiwa di Poli
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan peran keluarga sebagai
penghubung.
D.
MANFAAT PENELITIAN
Peneliti
berharap setelah melakukan penelitian dapat memperoleh manfaat sebagai berikut
:
1. Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak Rumah Sakit Jiwa Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara khususnya Ruang Poli Rawat Jalan dalam memberdayakan
keluarga pasien gangguan jiwa sebagai salah satu faktor pendukung dalam proses
penyembuhan.
2. Dapat
dijadikan sumber informasi atau bahan bacaan bagi mahasiswa STIKES AMANAH MAKASAR untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan khususnya mengenai peran keluarga terhadap proses penyembuhan pasien ganggguan
jiwa.
3. Penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti dalam
hal mengenai peran
keluarga terhadap proses penyembuhan pasien ganggguan jiwa.
4. Penelitian
ini diharapkan menjadi masukan bagi profesi keperawatan dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan dapat dijadikan referensi bagi para
peneliti selanjutnya.